Suku Aborigin memperlihatkan gambar Perahu Suku Makassar |
Sebuah penelitian sejarah di
Australia baru-baru ini memaksa Negeri Kanguru mengubah pelajaran sejarah
mereka.
Penelitian yang dilakukan dosen sejarah University of Griffith, Brisbane, Australia, Prof Regina Ganter, membuktikan agama Islam masuk ke Australia sejak 1650-an dan bukan 1850-an yang merupakan versi resmi Pemerintah Australia.
Hebatnya lagi, Islam diperkenalkan oleh pelaut-pelaut Makassar yang memang menjalin hubungan dengan suku asli Australia, Aborigin.
"Hasil kajian Profesor Ganter ini menunjukkan hubungan antara orang-orang Makassar dan masyarakat Aborigin di tahun 1600-an," kata Direktur Unit Kajian Islam Universitas Griffith (GIRU), Dr Mohamad Abdalla, di Brisbane, Minggu (14/1).
"Jadi kehadiran Islam di Australia jauh lebih awal," katanya di depan puluhan warga Muslim Indonesia yang menghadiri pengajian bulanan Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB) yang mengangkat topik tentang hijrah dalam sejarah Islam semasa Nabi Muhammad SAW itu.
Abdalla mengatakan, Ganter akan memaparkan hasil kajiannya ini pada Konferensi Internasional bertajuk Tantangan dan Peluang Islam dan Barat: Kasus Australia yang diselenggarakan GIRU, Maret mendatang.
Studi tentu saja mengubah banyak hal, termasuk klaim bahwa penyelam asal Malaysia yang membawa Islam ke negara yang kini berpenduduk 21 juta jiwa itu pada 1875.
Juga sejarah bahwa Islam diperkenalkan penunggang unta Afganistan pada 1860.
Saat ini, di Australia, terdapat lebih dari 300 ribu orang penganut Islam dari sekitar 21 juta jiwa penduduk. Mereka umumnya adalah para migran dari kawasan Timur Tengah, Asia, dan Afrika.
Marege
Hubungan orang-orang Makassar dengan Australia, terutama dengan suku Aborigin, tidak saja memberi penjelasan logis mengapa orang Makassar menjadi pembawa awal Islam di Australia, tetapi menjelaskan banyak hal misalnya banyaknya hewan dan tanaman yang ada.
Juga beberapa bagian bahasa Makassar menjadi bahasa yang dipakai suku Aborigin hingga sekarang.
Hubungan ini terjadi karena dimungkinkan oleh perjalanan melalui laut lepas sejak dikembangkannya perahu kano yang kemudian menjadi perahu layar.
Menurut ahli sejarah, angin monsun barat laut membantu pelayaran dari wilayah Indonesia ke Australia. Ketika angin berubah arah, yakni pada awal musim monsun tenggara, maka dimungkinkan untuk berlayar kembali ke Indonesia.
Para nelayan Makasar secara teratur berlayar ke perairan Australia sebelah utara setidaknya sejak tahun 1650.
Pelayaran ini mungkin dimulai pada masa Kerajaan Gowa di Makasar yang sudah memeluk Islam sejak 1500-an.
Para pelaut Makasar ini menyebut Tanah Arnhem, wilayah utara Australia, dengan sebutan Marege dan bagian daerah barat laut Australia mereka sebut Kayu Jawa.
Mereka berlayar dalam bentuk armada perahu berjumlah 30 sampai 60 perahu, dan masing-masing memuat sampai 30 orang.
Tujuan mereka adalah untuk mencari ikan teripang yang kemudian mereka asapi. Kemudian mereka membawa ikan teripang itu kembali ke Sulawesi, dan selanjutnya diekspor ke Cina.
Perjalanan mereka itu disesuaikan waktunya supaya mereka tiba di pantai utara Australia pada bulan Desember, yakni awal musim hujan.
Mereka pulang di bulan Maret atau April, yakni akhir musim hujan. Para nelayan ikan teripang itu membangun rumah-rumah sementara, menggali sumur, dan menanam pohon-pohon asam.
Hutan kecil pohon asam tersebut masih ada sampai saat ini. Banyak orang-orang Aborigin yang bekerja untuk para nelayan teripang tersebut, mempelajari bahasa mereka, menggunakan kebiasaan menghisap tembakau, membuat gambar perahu, mempelajari tarian mereka dan meminjam beberapa kisah yang mereka ceritakan.
Beberapa orang Aborigin ikut berlayar dengan para nelayan itu pada saat mereka pulang ke Sulawesi, dan kembali ke Australia pada musim monsun berikutnya, dan beberapa di antaranya ada yang menetap di Sulawesi.
Pengaruh orang Bugis dan Makasar masih dapat dilihat dalam bahasa dan kebiasaan yang digunakan oleh orang-orang tersebut pada saat ini.
Kira-kira 4.000 tahun lalu muncul dingo atau anjing hutan di Australia. Dingo serupa dengan ajak di Indonesia (anjing hutan). Konon, ada orang yang membawa dingo itu ke Australia. Tampaknya pengunjung ini datang dari Indonesia.
Sebelum kedatangan pelaut Makassar, sebenarnya sudah ada beberapa asumsi tentang siapa yang pertama kali menyentuh benua paling selatan tersebut.
Namun, yang tercatat hanyalah kedatangan nelayan Makassar sebagai yang pertama.
Bahkan, catatan sejarah menyebut, kapal dari Makassar sudah berlabuh sejak 1620.
Pada 1760, seorang peneliti bernama Alexander Dalrymple memberikan bahwa "Orang Bugis menggambarkan New Holland (Australia?) sebagai penghasil emas. Mereka beragama Islam dan gemar berdagang".
Menurut Dalrymple, keislaman mereka didasarkan tradisi pengkhitanan, yang akhirnya menjadi kebiasaan sejumlah penduduk di kawasan Australia Utara.
Meski tidak tercatat apakah nelayan Muslim Makassar juga menyebarkan Islam, namun dipastikan, Australia mengenal Islam pertama kali dari pelaut-pelaut Makassar tadi.
Penunggang Unta
Yang lebih layak disebut penyebar Islam di Australia adalah peternak unta dari Afghanistan.
Kedatangan pasukan unta ini berdampak pada pembangunan rel kereta api dari Port Augusta ke Alice Springs, dan pembangunan kabel telepon antara Darwin dan Adelaide tahun 1870.
Saat membangun sarana transportasi dan komunikasi ini, pekerja Afghan ini membangun masjid yang menjadi masjid pertama di Australia pada 1888.
Kedatangan motor bermesin membuat sebagian Afgan pulang. Tetapi sebagian lagi bertahan dan beranak pinak membentuk komunitas muslim di Negeri Kanguru. Dan memberi warna pada diversitas budaya Australia.
Lambat laun, komunitas Islam membesar sehingga perlu dibentuk payung organisasi di level teritori sampai negara bagian.
Versi Pemerintah Australia tetap menempatkan penunggang unta Afgan inilah yang mula- mula memperkenalkan Islam.
Belum dilaporkan sikap resmi Australia setelah penelitian Prof Regina Ganter dipublikasikan.
Penelitian yang dilakukan dosen sejarah University of Griffith, Brisbane, Australia, Prof Regina Ganter, membuktikan agama Islam masuk ke Australia sejak 1650-an dan bukan 1850-an yang merupakan versi resmi Pemerintah Australia.
Hebatnya lagi, Islam diperkenalkan oleh pelaut-pelaut Makassar yang memang menjalin hubungan dengan suku asli Australia, Aborigin.
"Hasil kajian Profesor Ganter ini menunjukkan hubungan antara orang-orang Makassar dan masyarakat Aborigin di tahun 1600-an," kata Direktur Unit Kajian Islam Universitas Griffith (GIRU), Dr Mohamad Abdalla, di Brisbane, Minggu (14/1).
"Jadi kehadiran Islam di Australia jauh lebih awal," katanya di depan puluhan warga Muslim Indonesia yang menghadiri pengajian bulanan Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB) yang mengangkat topik tentang hijrah dalam sejarah Islam semasa Nabi Muhammad SAW itu.
Abdalla mengatakan, Ganter akan memaparkan hasil kajiannya ini pada Konferensi Internasional bertajuk Tantangan dan Peluang Islam dan Barat: Kasus Australia yang diselenggarakan GIRU, Maret mendatang.
Studi tentu saja mengubah banyak hal, termasuk klaim bahwa penyelam asal Malaysia yang membawa Islam ke negara yang kini berpenduduk 21 juta jiwa itu pada 1875.
Juga sejarah bahwa Islam diperkenalkan penunggang unta Afganistan pada 1860.
Saat ini, di Australia, terdapat lebih dari 300 ribu orang penganut Islam dari sekitar 21 juta jiwa penduduk. Mereka umumnya adalah para migran dari kawasan Timur Tengah, Asia, dan Afrika.
Marege
Hubungan orang-orang Makassar dengan Australia, terutama dengan suku Aborigin, tidak saja memberi penjelasan logis mengapa orang Makassar menjadi pembawa awal Islam di Australia, tetapi menjelaskan banyak hal misalnya banyaknya hewan dan tanaman yang ada.
Juga beberapa bagian bahasa Makassar menjadi bahasa yang dipakai suku Aborigin hingga sekarang.
Hubungan ini terjadi karena dimungkinkan oleh perjalanan melalui laut lepas sejak dikembangkannya perahu kano yang kemudian menjadi perahu layar.
Menurut ahli sejarah, angin monsun barat laut membantu pelayaran dari wilayah Indonesia ke Australia. Ketika angin berubah arah, yakni pada awal musim monsun tenggara, maka dimungkinkan untuk berlayar kembali ke Indonesia.
Para nelayan Makasar secara teratur berlayar ke perairan Australia sebelah utara setidaknya sejak tahun 1650.
Pelayaran ini mungkin dimulai pada masa Kerajaan Gowa di Makasar yang sudah memeluk Islam sejak 1500-an.
Para pelaut Makasar ini menyebut Tanah Arnhem, wilayah utara Australia, dengan sebutan Marege dan bagian daerah barat laut Australia mereka sebut Kayu Jawa.
Mereka berlayar dalam bentuk armada perahu berjumlah 30 sampai 60 perahu, dan masing-masing memuat sampai 30 orang.
Tujuan mereka adalah untuk mencari ikan teripang yang kemudian mereka asapi. Kemudian mereka membawa ikan teripang itu kembali ke Sulawesi, dan selanjutnya diekspor ke Cina.
Perjalanan mereka itu disesuaikan waktunya supaya mereka tiba di pantai utara Australia pada bulan Desember, yakni awal musim hujan.
Mereka pulang di bulan Maret atau April, yakni akhir musim hujan. Para nelayan ikan teripang itu membangun rumah-rumah sementara, menggali sumur, dan menanam pohon-pohon asam.
Hutan kecil pohon asam tersebut masih ada sampai saat ini. Banyak orang-orang Aborigin yang bekerja untuk para nelayan teripang tersebut, mempelajari bahasa mereka, menggunakan kebiasaan menghisap tembakau, membuat gambar perahu, mempelajari tarian mereka dan meminjam beberapa kisah yang mereka ceritakan.
Beberapa orang Aborigin ikut berlayar dengan para nelayan itu pada saat mereka pulang ke Sulawesi, dan kembali ke Australia pada musim monsun berikutnya, dan beberapa di antaranya ada yang menetap di Sulawesi.
Pengaruh orang Bugis dan Makasar masih dapat dilihat dalam bahasa dan kebiasaan yang digunakan oleh orang-orang tersebut pada saat ini.
Kira-kira 4.000 tahun lalu muncul dingo atau anjing hutan di Australia. Dingo serupa dengan ajak di Indonesia (anjing hutan). Konon, ada orang yang membawa dingo itu ke Australia. Tampaknya pengunjung ini datang dari Indonesia.
Sebelum kedatangan pelaut Makassar, sebenarnya sudah ada beberapa asumsi tentang siapa yang pertama kali menyentuh benua paling selatan tersebut.
Namun, yang tercatat hanyalah kedatangan nelayan Makassar sebagai yang pertama.
Bahkan, catatan sejarah menyebut, kapal dari Makassar sudah berlabuh sejak 1620.
Pada 1760, seorang peneliti bernama Alexander Dalrymple memberikan bahwa "Orang Bugis menggambarkan New Holland (Australia?) sebagai penghasil emas. Mereka beragama Islam dan gemar berdagang".
Menurut Dalrymple, keislaman mereka didasarkan tradisi pengkhitanan, yang akhirnya menjadi kebiasaan sejumlah penduduk di kawasan Australia Utara.
Meski tidak tercatat apakah nelayan Muslim Makassar juga menyebarkan Islam, namun dipastikan, Australia mengenal Islam pertama kali dari pelaut-pelaut Makassar tadi.
Penunggang Unta
Yang lebih layak disebut penyebar Islam di Australia adalah peternak unta dari Afghanistan.
Kedatangan pasukan unta ini berdampak pada pembangunan rel kereta api dari Port Augusta ke Alice Springs, dan pembangunan kabel telepon antara Darwin dan Adelaide tahun 1870.
Saat membangun sarana transportasi dan komunikasi ini, pekerja Afghan ini membangun masjid yang menjadi masjid pertama di Australia pada 1888.
Kedatangan motor bermesin membuat sebagian Afgan pulang. Tetapi sebagian lagi bertahan dan beranak pinak membentuk komunitas muslim di Negeri Kanguru. Dan memberi warna pada diversitas budaya Australia.
Lambat laun, komunitas Islam membesar sehingga perlu dibentuk payung organisasi di level teritori sampai negara bagian.
Versi Pemerintah Australia tetap menempatkan penunggang unta Afgan inilah yang mula- mula memperkenalkan Islam.
Belum dilaporkan sikap resmi Australia setelah penelitian Prof Regina Ganter dipublikasikan.
Sumber : http://sicmafm.blogspot.com
Mau tanya apa sumber diatas dari sumber yang jelas ya, saat ini sy jg lagi mencari2 artikel mengenai hal ini?
BalasHapus------------------------------------------------------------------------------
http://www.islamcelebes.com | Media Informasi Islam Terkini
http://onecoin.dudaone.com | OneCoin Celebes