AdSense

Jumat, 23 Oktober 2009

RIWAYAT SINGKAT MANGKUBUMI / PA’BICARABUTTA (MAHAPATIH) KERAJAAN GOWA


Nama lengkap Beliau I Mahmud Mangngadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang  Tuminanga Ri Bontobiraeng,menjabat mangkubumi / pabbicarabutta kerajaan Gowa(1639-1654),mendampingi raja Gowa XV, I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Sultan Malikussaid (Muhammad Said) Tuminanga Ri Papambatunna(1639-1653).
Beliau adalah putra Raja Tallo VI dan mangkubumi / pabbicarabutta kerajaan Gowa I Mallingkaang Daeng Mannyonri’ Karaeng Matoaya Sultan Abdullah Awwalul Islam Tuminanga Ri Agamana,yang lahir dari permaisuri Beliau yang bernama I Wara’ Karaeng Lempangang.Karaeng Pattingalloang bersaudara kandung dengan Raja Tallo VII I Manginyarrang Dg Makkio Karaeng Kanjilo Sultan Abdul Gaffar Tumammaliyanga ri Timoro’.
Pada umur 18 tahun,Karaeng Pattingalloang telah menguasai bahasa Portugis,Spanyol,Latin,Inggris,Perancis,Belanda,Cina,dan Arab,diluar dari pada bahasa lokal (bahasa makassar,bugis,mandar) juga bahasa jawa dan melayu.
Dengan kepandaian dan keahliannya, turut mengantarkan gowa sebagai negara terkuat di bidang politik,militer,ekonomi dan menjadikannya sebagai bandar niaga terbesar di Asia tenggara pada zamannya.Menurut Alexander Rhodes(misionaris katolik di makassar pada tahun 1646),dari catatannya; Karaeng Pattingalloang cukup menguasai rahasia ilmu barat,tekun mempelajari sejarah kerajaan-kerajaan di Eropa,serta mahir ilmu matematika.
Juga menurut catatan Fride Rhodes,Beliau juga menghayati tehnical inovation europe,dan merupakan orang Asia tenggara pertama yang menyadari pentingnya ilmu-ilmu terapan (aplied Science),serta gemar mengumpulkan benda-benda ilmu pengetahuan seperti Globe,Peta dunia dengan deskripsi dalam bahasa Spanyol,Portugis,dan Latin,mengoleksi buku-buku tentang ilmu Bumi,serta menerima hadiah Atlas dan Globe yang terbuat dari tembaga oleh VOC.
Di zamannya pada tahun 1652 Inggris menyerahkan teleskop GALILEAN PROSPECHTIVE GLASS ciptaan Galileo sesuai pesanan mendiang Raja Gowa XIV I Mangnga’rangngi Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga Ri Gaukanna,ini membuktikan bahwa Kerajaan Gowa ikut berkecimpung dalam semangat Renaissance ilmu pengetahuan Barat yang turut mempengaruhi kebudayaan Makassar pada waktu itu.
Pada akhir hayatnya beliau tampil sebagai sosok pejuang,diplomat,seniman,cendekiawan,agamawan,dan negarawan,yang dikenal bukan hanya di nusantara,tapi di seluruh penjuru dunia,Beliau wafat pada 15 September 1654,dan digantikan oleh putranya,Abdul Hamid Karaeng Karunrung,sebagai Mangkubumi Kerajaan Gowa,yang mana Beliau ini merupakan murid spiritual dari ulama,shufi,dan pejuang terkenal dari Negeri Gowa Syekh Yusuf Tajul Khalwatiyah Al Makassari.
Sebelum meninggalnya Beliau telah mempersiapkan 500 buah kapal Perang yang masing-masing dapat memuat 50 awak untuk menyerang kedudukan Belanda di Ambon.

Karaeng Pattingolloang adalah juga seorang pengusaha internasional, beliau bersama dengan Sultan Malikussaid berkongsi dengan pengusaha besar Pedero La Matta, Konsultan dagang Spanyol di Bandar Somba Opu, serta dengan seorang pelaut ulung Portugis yang bernama Fransisco Viera dengan Figheiro, untuk berdagang di dalam negeri. Karaeng Pattingalloang berhasil mengembangkan/meningkatkan perekonomian dan perdagangan Kerajaan Gowa. Di kota Raya Somba Opu, banyak diperdagangkan kain sutra, keramik Cina, kain katun India, kayu Cendana Timor, rempah-rempah Maluku, dan Intan Berlian Borneo.

Pada pedagang-pedagang Eropa yang datang ke Makassar biasanya membawa buah tangan yang diberikan kepada para pembesar dan bangsawan-bangsawan di Kerajaan Gowa. Buah tangan itu kerap kali juga disesuaikan dengan pesan yang dititipkan ketika mereka kembali ke tempat asalnya. Karaeng Pattingalloang ketika diminta buah tangan apa yang diinginkannya, jawabnya adalah buku. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Karaeng Pattingalloang memiliki banyak koleksi buku dari berbagai bahasa.

Karaeng Pattingalloang adalah sosok cendikiawan yang dimiliki oleh Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) ketika itu. Karena begitu pedulinya terhadap ilmu pengetahuan, sehingga seorang penyair berkebangsaan Belanda yang bernama Joost van den Vondel, sangat memuji kecendikiawannya dan membahasakannya dalam sebuah syair sebagai berikut:

Wiens aldoor snuffelende brein
Een gansche werelt valt te klein

Yang artinya sebagai berikut:

Orang yang pikirannya selalu dan terus menerus mencari sehingga seluruh dunia rasanya terlalu sempit baginya.

Karaeng Patingalloang tampil sebagai seorang cendekiawan dan negarawan di masa lalu. Sebelum beliau meninggal dunia, beliau pernah berpesan untuk generasi yang ditinggalkan antara lain sebagai berikut:

Ada lima penyebab runtuhnya suatu kerajaan besar, yaitu:

1. Punna taenamo naero nipakainga Karaeng Mangguka,
2. Punna taenamo tumanggngaseng ri lalang Parasangnga,
3. Punna taenamo gau lompo ri lalang Parasanganga,
4. Punna angngallengasemmi soso Pabbicaraya, dan
5. Punna taenamo nakamaseyangi atanna Mangguka.

Yang artinya sebagai berikut :

1. Apabila raja yang memerintah tidak mau lagi dinasehati atau diperingati,
2. Apabila tidak ada lagi kaum cerdik cendikia di dalam negeri,
3. Apabila sudah terlampau banyak kasus-kasus di dalam negeri,
4. Apabila sudah banyak hakim dan pejabat kerajaan suka makan sogok, dan
5. Apabila raja yang memerintah tidak lagi menyayangi rakyatnya.

Beliau wafat ketika ikut dalam barisan Sultan Hasanuddin melawan Belanda. Setelah wafatnya, ia kemudian mendapat sebutan Tumenanga ri Bonto Biraeng.

Artikel Terkait:

by Facebook Comment

4 komentar:

  1. ABDUL HAMID KARAENG KARUNRUNG MANGKUBUMI KERAJAAN GOWA, WAFAT TAHUN BERAPA YA? TERIMA KASIH

    BalasHapus
  2. SIAPAKAH NAMA ISTRI ABDUL HAMID KR.KARUNRUNG DARI ANAKNYA BERNAMA ISABARO ??

    BalasHapus
  3. Siapakah Nama istri karaeng karunrung yg melahirkan i patta daeng nisanga..

    BalasHapus