Pengertian Dan Penjelasan
Aru atau angngaru menurut pendapat Yasin Limpo, dkk. (1995) merupakan semacam ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering disampaikan oleh orang-orang Gowa di masa silam, biasanya diucapkan oleh bawahan kepada atasannya, abdi kerajaan kepada rajanya, prajurit kepada komandannya, masyarakat kepada pemerintahnya, bahkan juga dapat diucapkan seorang raja (pemerintah) kepada rakyatnya, bahwa apa yang telah diungkapkan dalam aru itu akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, baik itu untuk kepentingan pemerintah di masa damai maupun di masa perang.
Aru atau angngaru menurut pendapat Yasin Limpo, dkk. (1995) merupakan semacam ikrar atau ungkapan sumpah setia yang sering disampaikan oleh orang-orang Gowa di masa silam, biasanya diucapkan oleh bawahan kepada atasannya, abdi kerajaan kepada rajanya, prajurit kepada komandannya, masyarakat kepada pemerintahnya, bahkan juga dapat diucapkan seorang raja (pemerintah) kepada rakyatnya, bahwa apa yang telah diungkapkan dalam aru itu akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, baik itu untuk kepentingan pemerintah di masa damai maupun di masa perang.
Angngaru dalam persepsi HM. Sirajuddin Bantang (dalam
hatta, 2010) merupakan suatu susunan sastra dalam bahasa Makassar, yang diisi
dengan kalimat-kalimat sumpah setia yang penuh keberanian diucapkan oleh salah
seorang tubarani atau wakil dari salah seorang Gallarrang di hadapan
Raja.
Pada saat tampil di hadapan Sombayya ri Gowa
(pemerintah), tubarani yang akan angngaru mengambil posisi
berlutut dengan posisi badan tegap, tangan kanan memegang badik yang terhunus,
dan wajah yang menatap ke arah depan dengan penuh kemantapan dan keyakinan hati
sebagai tanda atas kesetiaan kepada Sombayya ri Gowa (pemerintah).
Pada masa peperangan, para prajurit Kerajaan Gowa yang
akan berangkat ke medan perang terlebih dahulu mengucapkan sumpah setia (aru
atau angngaru) di depan Sombayya ri Gowa bahwa ia akan berjuang untuk
mempertahankan wilayah kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur
selangkah pun sebelum melangkahi mayat musuhnya. Aru ini pada saat diucapkan
dapat membakar semangat juang prajurit, menimbulkan jiwa patriotic di kalangan
laskar prajurit.
Di masa damai dalam tradisi pemerintahan Kerajaan
Gowa, para pejabat kerajaan yang baru diangkat maka sebelum melaksanakan
tugasnya, terlebih dahulu mengucapkan aru atau sumpah setia di hadapan Sombayya
ri Gowa bahwa ia akan bekerja bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan kerajaan dan menjunjung tinggi kemuliaan raja. Aru yang diucapkan
itu pula merupakan dorongan atau motivasi untuk mewujudkan cita-cita dalam
membangun kerajaan.
Pada masa sekarang, angngaru sering digunakan dalam
berbagai hal antara lain pada upacara adat, kegiatan pemerintahan, maupun
penyambutan tamu-tamu kehormatan. Aru yang diucapkan pada upacara tersebut
selain memiliki nilai magis, juga berfungsi sebagai pemahaman, kebanggaan dan
pelestarian oleh masyarakat Gowa terhadap budaya angngaru yang merupakan
ciri khas Kerajaan dan masyarakat Gowa.
Naskah Aru atau Angngaru
Bismillahir
rahmanir rahiim
Ata karaeng,
Tabe’ kipammopporang mama’
Tabe’ kipammopporang mama’
Ri dallekang
labbiritta, ri sa’ri karatuanta, ri empoang matinggita
Inakke minne,
karaeng Lambara’ tatassa’la’na Gowa
Nakareppekangi
sallang karaeng..., Pangngulu ri barugayya...
Nakatepokangi
sallang karaeng..., Pasorang attangnga parang...
Inai-inaimo
sallang karaeng..., Tamappattojengi tojenga, Tamappiadaki adaka,
Kusalaagai
sirinna, kuisara parallakkenna...
Berangja
kunipatebba, pangkulu’ kunisoeyyang
Ikau anging
karaeng, naikambe lekok kayu
Mirikko
anging namarunang lekok kayu
Iya sani
madidiyaji nurunang...
Ikau je’ne’
karaeng, naikambe batang mammayu
Solongko
je’ne’ namammayu batang kayu
Iya sani
sompo bonangpi kianyu...
Ikau jarung
karaeng naikambe banning panjai’
Ta’leko
jarung namminawang bannang panjai’
Iya sani
lambusuppi nakontu tojeng...
Makkanamamaki
mae karaeng naikambe mappa’jari
Mannyabbu’
mamaki karaeng naikambe mappa’rupa
Punna
sallang takammaya aruku ri dallekanta’
Pangkai
jerakku, tinra’ bate onjokku
Pauwang ana’
ri boko, pasang ana’ tanjari
Tumakkanayya’
karaeng natanarupai janjinna
Sikammajinne
aruku ri dallekanta
Dasi nadasi
nana tarima pa’ngaruku
Salama’
Sumber :
Yasin Limpo, Syahrul, Adi Suryadi Culla, dan Zainuddin Tika, 1995, Profil
Sejarah, Budaya dan Pariwisata Kerajaan Gowa, Pemda Tk II Gowa Kerjasama
Yayasan Eksponen 1966 Gowa, Ujung Pandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar